Coretan tinta: RANTI SUCI LESTARI
Desa Sukarada begitu sibuk mempersiapkan kampanye mini salah satu
calon presiden negara Indomana di Balai Desa. Barisan paling depan berjejer
meja-meja mewah dengan sofa yang tak mecing dengan bentuk mejanya. Meja itu
menghidangkan berbagai macam makanan dan minuman lezat. Ada dua parsel buah
berisi jeruk, anggur, kelengkeng, apel dan buah pir yang begitu segar. Ada juga
piring-piring cantik dengan kue-kue manis yang menggugah lidah, seperti bolu
gulung, agar-agar, risoles, brounis dan lain-lain. Dua botol minuman rasa jeruk
dan dua botol air putih melengkapkan hidangan. Warga yang diam-diam curi
pandang terkadang sampai ngiler melihat hidangan megah yang jarang mereka temui
itu.
Kang Arman: Dewok,
gimana? Calon Presiden kita itu, sudah datang belum?
Teriak salah seorang pria yang membawa tumpukan kursi plastik untuk
para peserta. Tubuhnya agak gemuk dengan kumis tebal dan jenggot tipis
menggantung di wajahnya.
Dewok: Belum Kang,
semoga gak kerajinan datangnya.”
Kang Arman: Lho, kox malah
disuruh telat? Kan acaranya biar cepet dimulai. Gimana kamu ini?
Tanya Kang Arman sambil menurunkan tumpukan kursi ke lantai. Di
lepaskanya tumpukan itu perlahan dan satu persatu.
Dewok: Bukannya kita
belum siap, Kang? Peserta aja belum pada dateng semua,.... Lah, kenapa Kang Arman
nambah kursi lagi? Pesertanya gak akan sebanyak itu lho kang. Mungkin cuman sekitar
seratus yang mau datang.
Kang Arman: Dewok-dewok,
kata siapa? Meski kita bikin acaranya di desa, tapi saya yakin masyarakat pasti
penasaran dan antusias, karena jarang-jarang kan ada acara kayak gini di desa?.
Calon presidennya ini juga, katanya mau dipilih tapi gak pinter.”
Dewok: Gak pinter
kayak mana Kang? Orang pentingkan emang lumrah datengnya belakangan?
Kang Arman: Gak pinter
ambil hati rakyat. Calon itu harusnya kasih kesan dan contoh yang baik. Dateng
pagi, bantu beberes, nyusunin kursi kek, pasang spanduk kek.
Dewok: Lho, tamu
terhormat kox disuruh beberes to Kang, tamu itu ya dateng belakangan terus duduk
manis, dijamu kayak raja.
Kang Arman: Nah ini, pikiran
yang gak zaman ya kayak gini. Kalo dia pinter dia pasti akan ngelakuin kaya
gitu. Bukannya hal yang gak lazim tapi positif itu lebih membuat orang simpatik
dan ada kesan bagus buat orangnya. Tapi ya... jangan cuman mau nyalon aja kalo
bisa.
Dewok: Iya juga si Kang,
kalo tamu pentingnya punya aksi yang unik malah bagus ya Kang. Jadi pasti
langsung rame desa kita Kang. “Calon presiden nyusun kursi buat kampanye dia
sendiri”. Hahahahahaha....
Kang Arman: Sip kui wok,
pasti langsung terkenal desa kita ini. Hahahhaaaaha
***
Tanggal 9 Juli nanti akan diadakan pemilu raya pemilihan calon
presiden dan wakil presiden Negara Indomana, ada dua kandidat yang tampil yang
diusung oleh dua partai besar yaitu Partai Hujan Badai dan partai Angin
beliung. Sekarang diadakan kampanye mini oleh calon presiden dari Partai Hujan
Badai. Begitu terkejutnya lurah desa hingga pingsan ketika menerima info bahwa
desanya menang undian kampanye mini yang dihadiri langsung oleh sang calon
presiden.
Calon presiden datang dengan sambutan tepuk tangan meriah dan
karpet hijau yang tergelar dari parkiran mobilnya hingga depan pintu Balai Desa.
Maklum, orang desa jarang kedatangan tamu besar jadi penyambutannya terasa
mewah yang dipaksakan. Karpet merah diganti dengan kerpet hijau pinjaman dari
kampung sebelah karena tak punya. Suara petasan meletus silih berganti, dan
warga begitu antusias ingin melihat langsung muka orang yang mungkin akan
menjadi pemimpin mereka lima tahun mendatang.
Pak Imam: Kang Arman,
sampean pilih sopo? Podo orak?
Kang Arman: Maksudmu
pemilu nanti? Yo karepku.
Pak imam: hayo.... arep
golput kui......
Kang Arman: Halah, wes
gak usah digubris. Itu rahasia, privasi. Podo ra podo yang penting kita tetep
konco to?
Pak Imam: Iku pasti
Kang...., O iyo Kang, katanya dewok jadi kader Partai Angin Beliung yo Kang?
Kang Arman: O... Iyo,
kemrin dia bilang sendiri sama aku.
Pak Imam: Wah... rifal
Pak Romli iku jenenge. Katanya Dewok seneng karo Zaenab, iki malah gak nyedeki
tapi gawe bapak’e zaenab kesel. Pye to?
Kang Arman: Ra masalah
beda partai karo bapak’e zaenab. Dewok juga sudah tahu resikonya, tapi dia
tetep maju terus. Lagian, Pak Romli itu orangnya gak suka jengkel sama orang
yang beda sama dia to?
Pak Imam: Tapi kang? Itu
malah jadi penghambat dewok mendekati Zaenab lho kang.
Kang Arman: yowes lah...
urusan jodoh iku urusane Allah seng Maha Kuoso. Ojo dicampur karo urusan
politik. Kalau zaenab jodohnya Dewok, apapun perbedaan mereka yo pasti ketemu.
Pak Imam: Iyo juga yo
Kang.
***
Selesai acara sampah menumpuk dimana-mana. Panitia dan warga saling
gotong royong membersikan dan menyusun kembali kursi-kursi karena mau dipakai
warga kampung seberang hajatan.
Kang Arman: Wok, lebih
seru meneh kalo Bapak calon presiden tadi bantuin kita munguti sampah ya wok?
Nggak cuman setor dana doang buat
kampanyenya.
Dewok: iyo yo kang.
Jadikan kita cepet rampung. Tapi kang, kalo calon presidennya malah beres-beres
doang gak nyumbang dana, yo tekor kita Kang.
Kang Arman: Yaudah gak
usah diadain kampanye. Gitu kox repot.
Dewok: bener juga ya
Kang. hahahahaha
Ketika sedang
sibuk memungut sampah mata Kang Arman jatuh pada seorang gadis yang sedang
mengantarkan minum ke warga yang lain. Langsung saja Kang Arman menyenggol
dewok yang begitu serius memungut bungkus permen di lantai.
Kang Arman: Wok, Zaenab!
Dewok: Opo to Kang?
Kang Arman: Kui lho,
zaenab Karo bapak’e teko.
Dewok: Terus aku
harus ngopo Kang?
Kang Arman: Heh.... Dewok,
bapak’e dedemenanmu lewat kui! Yo mbok sungkem.
Dewok: Halah... isin
aku Kang. Ra wani.....
Kang Arman: Cemen...., pingsan
sebelum berperang. Pye arep entok restu, lah kamunya gak eksis. Caper titik
ngopo.
Dewok: Halah... Kang
Arman ki........ O iya Kang, Pak Imron itu kan fans berat partai Hujan Badai.
Pye kui Kang? Nanti saya langsung didepak duluan kalo Bapaknya Zaenab itu tahu
aku keder musuhnya, Partai Angin Beliung.
Kang Arman: Oalah
wok...wok..., kamu juga wes pahamkan resiko kamu jadi kader? Yo jalani
waelah... apa si Zaenab itu langsung minta kamu keluar dari Partai Maju
Mundurmu itu kalo nanti beneran jadi? Yo orak, la wong Zaenab itu orangnya
cerdas, sholehah, ayu meneh.
Dewok: Tapi
kadang-kadang aku ragu dan galau lho Kang.
Kang Arman: Wok..., beda
itu ya lumrah. Kalo sama semua itu ya repot. Kalau manusia itu semua sama
persis, nanti yo bisa ketuker. Aku gak mau nanti aku yang dapet duit malah
dewok yang nerimo. Eman-eman....
Dewok: Aku yo wegah
persis karo Kang Arman, okeh utange...., nanti malah akau seng ditagihi.
Hahahahahah
***
Seminggu kemudian Dewok memberanikan diri datang ke rumah Pak Romli
ayah Zaenab. Tujuannya tidak lain adalah minta restu mendekati anak gadis
semata wayangnya itu. persiapan lahir batin begitu diperhatikan Dewok, mulai
dari kostum baju yang rapi, baju batik dan celana dasar modal minjem hingga
buah tangan, parsel buah rambutan, jeruk dan salak hasil kebun di rumahnya. Tak
lupa dia mengajak Kang Arman sohib yang diharapkan membantu.
TOK...TOK...TOK....
Dewok:
Assalamu’alaikum....!
Tok....Tok...Tok....
Kang Arman : Pak Romli!
Assalamu’alaikum....!
Dewok: Paling mereka
gak di rumah yo Kang? Sepi-sepi wea ki...
Kang Arman: Coba kamu
tanya sama tetangganya. Apa mereka lagi pergi?
Dewok: Kang Arman wae
lah yo....
Kang Arman: Heh, seng
butuh sopo?
Dewok: Hehehehe....,
yo yo Kang...!
Tiba-tiba gerobak sayur menghampiri Dewok dan Kang Arman yang
sedang ngejogrok di depan pintu. Dewok dan Kang Arman mendengar langkah kaki
mendekat langsung menoleh dan takjub dengan penampilan orang yang mendekatinya.
Tukang Sayur: Misi pakde...
yang punya rumah lagi liburan ke pantai kidul tadi pagi.
Kang Arman: Oo...., terus
pulangnya kira-kira kapan ya Bang?
Tukang Sayur: Kurang tauk
juga tu Pakde, mungkin gak lama. Soalnya mau ada yang dateng ngelamar Mbk Zanab
katanya.
Dewok langsung kepedean. Badannya langsung diatur tegab dan mukanya
sumringah. Kang Arman yang melihat prilaku Dewok langsung menyenggolnya supaya
sadar. Dewokpun langsung pasang muka jengkel.
Kang Arman: Makasih ya
Bang....
Tukang Sayur: Sama-sama
Pakde...
Dewok: Oya, Bang,
sebelunya boleh nanya gak?
Tukang Sayur: Boleh Mas,
tanya apa Mas?
Dewok: Pakainnya kox
keren bangat Mas? pake jas sama dasi segala? Abis nyumbang dimana to Mas?
Tukang Sayur: Ohhhh..., ini
namanya strategi marketing Mas, sekalian kampanye partai jagoan saya, Partai
Hujan Badai. Yaudah Pakde, Mas saya lanjut keliling lagi ya. Mas atau Pakdenya
mau beli sayur?
Kang Arman: Oh.., nggak
Bang. Udah masak tadi di rumah. Makasih Bang....!
Tukang Sayur:
Permisi....Sayur..., Sayur....
Dewok: Zaman tambah
aneh yo, Kang? Tungkang sayur aja penampilannya lebih keren dari aku. Pake
jualan sambil kampanye lagi. ckkckckck
Kang Arman: Karo aku, La
koe ki sopo? Itu namanya dia pinter.
Dewok: Lah, pinter
kepye Kang? Malah ra nggadek ngono.
Kang Arman: pinterlah,
bakul sayur kreatif itu. sambil nyilem ngombe banyu. Itu juga bisa menarik
pelanggan lho.
Dewok: Tetep wae
Kang, Aneh.
Kang Arman: Karepmu....
***
Dua hari kemudian Dewok dengan kaos oblong dan sandal jepit pergi
ke warung membeli obat nyamuk. Ketika pulang ternyata dia berpapasan dengan Pak
Romli ayah Zaenab. Dada Dewok langsung dag, dig, dug, ser. Dia salah tingkah
karena penampilannya yang amburadul dan belum mandi.
Pak Romli: Dari mana nak
dewok?
Sapa Pak Romli lebih dulu dan membuat Dewok grogi tingkat tinggi.
Sekujur tubuhnya keluar keringat dingin. Untung saja tak sampai pingsan.
Dewok: e’... e’....
dari.. dari.. dari warung Pak.
Pak Romli: Kata tukang
sayur langganan saya, ada yang dateng ke rumah sabtu kemarin. Itu Nak Dewok
bukan?
Dewok: i’..i...iya
pak.
Pak Romli: Maaf ya Nak,
waktu itu bapak sekeluarga liburan ke pantai kidul sambil silaturahmi ke rumah
pakdenya Zaenab. Oya, ada perlu apa dateng ke rumah Bapak?
Dewok: Pak Romli ini
suka becanda ya ternyata. Halah..., Bapak sudah tau to?
Pak Romli: Ha...? waduh,
apa ya Nak? Bapak lupa mungkin?
Dewok: Yang itu lho
Pak..., itu...
Pak Romli: Yo wes lah,
mumet Bapak. O iya, Nanti malam jangan lupa dateng ke rumah bapak ya! Jangan
sampek nggak lho...
Dewok: Ke rumah
Bapak? Nanti malem? Beneran Pak? Bararti Bapak setuju?
Pak Romli: Setuju...?
hem...( mikir bentar) iya, Bapak setuju nak Dewok ke rumah bapak nanti malam.
Kedatangan Nak Dewok sangat dibutuhkan. Apalagi untuk zaenab.
Dewok: Pasti pak!
Saya pasti dateng, dan gak akan telat.
Pak Romli: Bagus...
sampek ketemu di rumah ya Nak. Bapak mau ke rumah Mbok Ijah dulu.
Assalamu’alaikum.....
Dewok: Iya Pak,
walaikumsalam.......... YESSSSSS!
***
` Malam harinya
dengan setelan jas hitam keren punya Kang Arman, Dewok pergi ke rumah Pak Romli
dengan wajah sumringah. Kini, dia tak membutuhkan bantuan Kang Arman karena
merasa sudah mendapat lampu hijau langsung dari Pak Romli. Sepanjang perjalanan
dia bersenandung dan cengar-cengir gak jelas. Tak sedikit orang yang berpapasan
dengannya merasa aneh dan risih. Namun tak digubris oleh Dewok yang sedang
melayang di awan. Tetapi, ternyata kenyataan berkata lain.
Pak Romli: Duduk Nak
Dewok, Bapak kepingin ngomong sebentar.
Dewok: Injeh Pak...
Pak Romli: Dewok,
sebelumnya bapak ingin minta maaf sama Nak Dewok, bapak tahu Nak Dewok sudah
lama suka sama zaenab anak bapak. Tapi karena si Zaenabnya gak suka sama Nak
Dewok ya... mau gimana lagi.
JLEBBB.... hati dewok seperti ditebas golok. Dia hanya duduk diam
menahan air matanya yang mau keluar. Zaenab mengintip dari balik pintu kamarnya
dan istri Pak Romli hanya menatap Dewok kasihan. Suasana hening, semua orang
menunggu reaksi dan tanggapan Dewok.
Dewok: Aku.... aku..
aku ra popo Pak...
Pak Romli: Nak dewok,
meskipun Nak dewok nggak jadi mantu bapak, tapi bapak tetep anggep Nak Dewok
itu seperti anak bapak sendiri kox. Meski suku kita beda, kulit kita beda dan
partai kita juga beda pokoknya Nak dewok tetep anak bapak. Wes, ra usah nangis.
Cah lanang kox cengeng.
Dewok:
Hiks...hiks..., iyo Pak. Hiks.. hiks...
Akhirnya dewok
hanya bisa gigit jari menerima penolakan Zaenab. Meski hatinya tersayat-sayat
tapi Dewok masih bisa menjahitnya lagi dengan menyibukkan diri di kegiatan desa
dan partai kebanggaanya. Suatu hari dia menerima undangan pernikahan zaenab
dengan calon Pejabat negara Tetangga. Dewok berhati besar datang ke acara
tersebut dengan muka cerah tanpa cemburu, itu karena dia menggandeng seorang
wanita yang lebih cantik dari Zaenab dan putri Presiden Negara Indomana yang
dinikahinya seminggu yang lalu.
SEKIAN...
0 komentar:
Posting Komentar