Selasa, 28 April 2015

POLITIK CINTA DEWOK



Coretan tinta: RANTI SUCI LESTARI

Desa Sukarada begitu sibuk mempersiapkan kampanye mini salah satu calon presiden negara Indomana di Balai Desa. Barisan paling depan berjejer meja-meja mewah dengan sofa yang tak mecing dengan bentuk mejanya. Meja itu menghidangkan berbagai macam makanan dan minuman lezat. Ada dua parsel buah berisi jeruk, anggur, kelengkeng, apel dan buah pir yang begitu segar. Ada juga piring-piring cantik dengan kue-kue manis yang menggugah lidah, seperti bolu gulung, agar-agar, risoles, brounis dan lain-lain. Dua botol minuman rasa jeruk dan dua botol air putih melengkapkan hidangan. Warga yang diam-diam curi pandang terkadang sampai ngiler melihat hidangan megah yang jarang mereka temui itu.
Kang Arman: Dewok, gimana? Calon Presiden kita itu, sudah datang belum?
Teriak salah seorang pria yang membawa tumpukan kursi plastik untuk para peserta. Tubuhnya agak gemuk dengan kumis tebal dan jenggot tipis menggantung di wajahnya.
Dewok: Belum Kang, semoga gak kerajinan datangnya.”
Kang Arman: Lho, kox malah disuruh telat? Kan acaranya biar cepet dimulai. Gimana kamu ini?
Tanya Kang Arman sambil menurunkan tumpukan kursi ke lantai. Di lepaskanya tumpukan itu perlahan dan satu persatu.
Dewok: Bukannya kita belum siap, Kang? Peserta aja belum pada dateng semua,.... Lah, kenapa Kang Arman nambah kursi lagi? Pesertanya gak akan sebanyak itu lho kang. Mungkin cuman sekitar seratus yang mau datang.
Kang Arman: Dewok-dewok, kata siapa? Meski kita bikin acaranya di desa, tapi saya yakin masyarakat pasti penasaran dan antusias, karena jarang-jarang kan ada acara kayak gini di desa?. Calon presidennya ini juga, katanya mau dipilih tapi gak pinter.”
Dewok: Gak pinter kayak mana Kang? Orang pentingkan emang lumrah datengnya belakangan?
Kang Arman: Gak pinter ambil hati rakyat. Calon itu harusnya kasih kesan dan contoh yang baik. Dateng pagi, bantu beberes, nyusunin kursi kek, pasang spanduk kek.
Dewok: Lho, tamu terhormat kox disuruh beberes to Kang, tamu itu ya dateng belakangan terus duduk manis, dijamu kayak raja.
Kang Arman: Nah ini, pikiran yang gak zaman ya kayak gini. Kalo dia pinter dia pasti akan ngelakuin kaya gitu. Bukannya hal yang gak lazim tapi positif itu lebih membuat orang simpatik dan ada kesan bagus buat orangnya. Tapi ya... jangan cuman mau nyalon aja kalo bisa.
Dewok: Iya juga si Kang, kalo tamu pentingnya punya aksi yang unik malah bagus ya Kang. Jadi pasti langsung rame desa kita Kang. “Calon presiden nyusun kursi buat kampanye dia sendiri”. Hahahahahaha....
Kang Arman: Sip kui wok, pasti langsung terkenal desa kita ini. Hahahhaaaaha
***
Tanggal 9 Juli nanti akan diadakan pemilu raya pemilihan calon presiden dan wakil presiden Negara Indomana, ada dua kandidat yang tampil yang diusung oleh dua partai besar yaitu Partai Hujan Badai dan partai Angin beliung. Sekarang diadakan kampanye mini oleh calon presiden dari Partai Hujan Badai. Begitu terkejutnya lurah desa hingga pingsan ketika menerima info bahwa desanya menang undian kampanye mini yang dihadiri langsung oleh sang calon presiden.
Calon presiden datang dengan sambutan tepuk tangan meriah dan karpet hijau yang tergelar dari parkiran mobilnya hingga depan pintu Balai Desa. Maklum, orang desa jarang kedatangan tamu besar jadi penyambutannya terasa mewah yang dipaksakan. Karpet merah diganti dengan kerpet hijau pinjaman dari kampung sebelah karena tak punya. Suara petasan meletus silih berganti, dan warga begitu antusias ingin melihat langsung muka orang yang mungkin akan menjadi pemimpin mereka lima tahun mendatang.  
Pak Imam: Kang Arman, sampean pilih sopo? Podo orak?
Kang Arman: Maksudmu pemilu nanti? Yo karepku.
Pak imam: hayo.... arep golput kui......
Kang Arman: Halah, wes gak usah digubris. Itu rahasia, privasi. Podo ra podo yang penting kita tetep konco to?
Pak Imam: Iku pasti Kang...., O iyo Kang, katanya dewok jadi kader Partai Angin Beliung yo Kang?
Kang Arman: O... Iyo, kemrin dia bilang sendiri sama aku.
Pak Imam: Wah... rifal Pak Romli iku jenenge. Katanya Dewok seneng karo Zaenab, iki malah gak nyedeki tapi gawe bapak’e zaenab kesel. Pye to?
Kang Arman: Ra masalah beda partai karo bapak’e zaenab. Dewok juga sudah tahu resikonya, tapi dia tetep maju terus. Lagian, Pak Romli itu orangnya gak suka jengkel sama orang yang beda sama dia to?
Pak Imam: Tapi kang? Itu malah jadi penghambat dewok mendekati Zaenab lho kang.
Kang Arman: yowes lah... urusan jodoh iku urusane Allah seng Maha Kuoso. Ojo dicampur karo urusan politik. Kalau zaenab jodohnya Dewok, apapun perbedaan mereka yo pasti ketemu.
Pak Imam: Iyo juga yo Kang.
***
Selesai acara sampah menumpuk dimana-mana. Panitia dan warga saling gotong royong membersikan dan menyusun kembali kursi-kursi karena mau dipakai warga kampung seberang hajatan.
Kang Arman: Wok, lebih seru meneh kalo Bapak calon presiden tadi bantuin kita munguti sampah ya wok? Nggak cuman setor dana doang buat  kampanyenya.
Dewok: iyo yo kang. Jadikan kita cepet rampung. Tapi kang, kalo calon presidennya malah beres-beres doang gak nyumbang dana, yo tekor kita Kang.
Kang Arman: Yaudah gak usah diadain kampanye. Gitu kox repot.
Dewok: bener juga ya Kang.  hahahahaha
            Ketika sedang sibuk memungut sampah mata Kang Arman jatuh pada seorang gadis yang sedang mengantarkan minum ke warga yang lain. Langsung saja Kang Arman menyenggol dewok yang begitu serius memungut bungkus permen di lantai.
Kang Arman: Wok, Zaenab!
Dewok: Opo to Kang?
Kang Arman: Kui lho, zaenab Karo bapak’e teko.
Dewok: Terus aku harus ngopo Kang?
Kang Arman: Heh.... Dewok, bapak’e dedemenanmu lewat kui! Yo mbok sungkem.
Dewok: Halah... isin aku Kang. Ra wani.....
Kang Arman: Cemen...., pingsan sebelum berperang. Pye arep entok restu, lah kamunya gak eksis. Caper titik ngopo.
Dewok: Halah... Kang Arman ki........ O iya Kang, Pak Imron itu kan fans berat partai Hujan Badai. Pye kui Kang? Nanti saya langsung didepak duluan kalo Bapaknya Zaenab itu tahu aku keder musuhnya, Partai Angin Beliung.
Kang Arman: Oalah wok...wok..., kamu juga wes pahamkan resiko kamu jadi kader? Yo jalani waelah... apa si Zaenab itu langsung minta kamu keluar dari Partai Maju Mundurmu itu kalo nanti beneran jadi? Yo orak, la wong Zaenab itu orangnya cerdas, sholehah, ayu meneh.
Dewok: Tapi kadang-kadang aku ragu dan galau lho Kang.
Kang Arman: Wok..., beda itu ya lumrah. Kalo sama semua itu ya repot. Kalau manusia itu semua sama persis, nanti yo bisa ketuker. Aku gak mau nanti aku yang dapet duit malah dewok yang nerimo. Eman-eman....
Dewok: Aku yo wegah persis karo Kang Arman, okeh utange...., nanti malah akau seng ditagihi. Hahahahahah
***
Seminggu kemudian Dewok memberanikan diri datang ke rumah Pak Romli ayah Zaenab. Tujuannya tidak lain adalah minta restu mendekati anak gadis semata wayangnya itu. persiapan lahir batin begitu diperhatikan Dewok, mulai dari kostum baju yang rapi, baju batik dan celana dasar modal minjem hingga buah tangan, parsel buah rambutan, jeruk dan salak hasil kebun di rumahnya. Tak lupa dia mengajak Kang Arman sohib yang diharapkan membantu.
TOK...TOK...TOK....
Dewok: Assalamu’alaikum....!
Tok....Tok...Tok....
Kang Arman : Pak Romli! Assalamu’alaikum....!
Dewok: Paling mereka gak di rumah yo Kang? Sepi-sepi wea ki...
Kang Arman: Coba kamu tanya sama tetangganya. Apa mereka lagi pergi?
Dewok: Kang Arman wae lah yo....
Kang Arman: Heh, seng butuh sopo?
Dewok: Hehehehe...., yo yo Kang...!
Tiba-tiba gerobak sayur menghampiri Dewok dan Kang Arman yang sedang ngejogrok di depan pintu. Dewok dan Kang Arman mendengar langkah kaki mendekat langsung menoleh dan takjub dengan penampilan orang yang mendekatinya.
Tukang Sayur: Misi pakde... yang punya rumah lagi liburan ke pantai kidul tadi pagi.
Kang Arman: Oo...., terus pulangnya kira-kira kapan ya Bang?
Tukang Sayur: Kurang tauk juga tu Pakde, mungkin gak lama. Soalnya mau ada yang dateng ngelamar Mbk Zanab katanya.
Dewok langsung kepedean. Badannya langsung diatur tegab dan mukanya sumringah. Kang Arman yang melihat prilaku Dewok langsung menyenggolnya supaya sadar. Dewokpun langsung pasang muka jengkel.
Kang Arman: Makasih ya Bang....
Tukang Sayur: Sama-sama Pakde...
Dewok: Oya, Bang, sebelunya boleh nanya gak?
Tukang Sayur: Boleh Mas, tanya apa Mas?
Dewok: Pakainnya kox keren bangat Mas? pake jas sama dasi segala? Abis nyumbang dimana to Mas?
Tukang Sayur: Ohhhh..., ini namanya strategi marketing Mas, sekalian kampanye partai jagoan saya, Partai Hujan Badai. Yaudah Pakde, Mas saya lanjut keliling lagi ya. Mas atau Pakdenya mau beli sayur?
Kang Arman: Oh.., nggak Bang. Udah masak tadi di rumah. Makasih Bang....!
Tukang Sayur: Permisi....Sayur..., Sayur....
Dewok: Zaman tambah aneh yo, Kang? Tungkang sayur aja penampilannya lebih keren dari aku. Pake jualan sambil kampanye lagi. ckkckckck
Kang Arman: Karo aku, La koe ki sopo? Itu namanya dia pinter.
Dewok: Lah, pinter kepye Kang? Malah ra nggadek ngono.
Kang Arman: pinterlah, bakul sayur kreatif itu. sambil nyilem ngombe banyu. Itu juga bisa menarik pelanggan lho.
Dewok: Tetep wae Kang, Aneh.
Kang Arman: Karepmu....
***
Dua hari kemudian Dewok dengan kaos oblong dan sandal jepit pergi ke warung membeli obat nyamuk. Ketika pulang ternyata dia berpapasan dengan Pak Romli ayah Zaenab. Dada Dewok langsung dag, dig, dug, ser. Dia salah tingkah karena penampilannya yang amburadul dan belum mandi.
Pak Romli: Dari mana nak dewok?
Sapa Pak Romli lebih dulu dan membuat Dewok grogi tingkat tinggi. Sekujur tubuhnya keluar keringat dingin. Untung saja tak sampai pingsan.
Dewok: e’... e’.... dari.. dari.. dari warung Pak.
Pak Romli: Kata tukang sayur langganan saya, ada yang dateng ke rumah sabtu kemarin. Itu Nak Dewok bukan?
Dewok: i’..i...iya pak.
Pak Romli: Maaf ya Nak, waktu itu bapak sekeluarga liburan ke pantai kidul sambil silaturahmi ke rumah pakdenya Zaenab. Oya, ada perlu apa dateng ke rumah Bapak?
Dewok: Pak Romli ini suka becanda ya ternyata. Halah..., Bapak sudah tau to?
Pak Romli: Ha...? waduh, apa ya Nak? Bapak lupa mungkin?
Dewok: Yang itu lho Pak..., itu...
Pak Romli: Yo wes lah, mumet Bapak. O iya, Nanti malam jangan lupa dateng ke rumah bapak ya! Jangan sampek nggak lho...
Dewok: Ke rumah Bapak? Nanti malem? Beneran Pak? Bararti Bapak setuju?
Pak Romli: Setuju...? hem...( mikir bentar) iya, Bapak setuju nak Dewok ke rumah bapak nanti malam. Kedatangan Nak Dewok sangat dibutuhkan. Apalagi untuk zaenab.
Dewok: Pasti pak! Saya pasti dateng, dan gak akan telat.
Pak Romli: Bagus... sampek ketemu di rumah ya Nak. Bapak mau ke rumah Mbok Ijah dulu. Assalamu’alaikum.....
Dewok: Iya Pak, walaikumsalam.......... YESSSSSS!
***
`           Malam harinya dengan setelan jas hitam keren punya Kang Arman, Dewok pergi ke rumah Pak Romli dengan wajah sumringah. Kini, dia tak membutuhkan bantuan Kang Arman karena merasa sudah mendapat lampu hijau langsung dari Pak Romli. Sepanjang perjalanan dia bersenandung dan cengar-cengir gak jelas. Tak sedikit orang yang berpapasan dengannya merasa aneh dan risih. Namun tak digubris oleh Dewok yang sedang melayang di awan. Tetapi, ternyata kenyataan berkata lain. 
Pak Romli: Duduk Nak Dewok, Bapak kepingin ngomong sebentar.
Dewok: Injeh Pak...
Pak Romli: Dewok, sebelumnya bapak ingin minta maaf sama Nak Dewok, bapak tahu Nak Dewok sudah lama suka sama zaenab anak bapak. Tapi karena si Zaenabnya gak suka sama Nak Dewok ya... mau gimana lagi.
JLEBBB.... hati dewok seperti ditebas golok. Dia hanya duduk diam menahan air matanya yang mau keluar. Zaenab mengintip dari balik pintu kamarnya dan istri Pak Romli hanya menatap Dewok kasihan. Suasana hening, semua orang menunggu reaksi dan tanggapan Dewok. 
Dewok: Aku.... aku.. aku ra popo Pak...
Pak Romli: Nak dewok, meskipun Nak dewok nggak jadi mantu bapak, tapi bapak tetep anggep Nak Dewok itu seperti anak bapak sendiri kox. Meski suku kita beda, kulit kita beda dan partai kita juga beda pokoknya Nak dewok tetep anak bapak. Wes, ra usah nangis. Cah lanang kox cengeng.
Dewok: Hiks...hiks..., iyo Pak. Hiks.. hiks...
            Akhirnya dewok hanya bisa gigit jari menerima penolakan Zaenab. Meski hatinya tersayat-sayat tapi Dewok masih bisa menjahitnya lagi dengan menyibukkan diri di kegiatan desa dan partai kebanggaanya. Suatu hari dia menerima undangan pernikahan zaenab dengan calon Pejabat negara Tetangga. Dewok berhati besar datang ke acara tersebut dengan muka cerah tanpa cemburu, itu karena dia menggandeng seorang wanita yang lebih cantik dari Zaenab dan putri Presiden Negara Indomana yang dinikahinya seminggu yang lalu.
SEKIAN...


0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com